Pasukan Pemerintah Masih Kewalahan Menghadapi Banyaknya Pemberontak Di Marawi


MARAWI- Kontak senjata yang sudah beberapa hari ini terjadi di filipina bisa dikatakan masih jauh dari penguasaan pemerintah, itu terbukti masih kewalahanya pasukan tentara filipina merebut wilayah marawi. Militer Filipina mengerahkan tentara di darat, dibantu dengan serangan udara.

Masalah ini pun Amerika  juga sudah mengirim bantuan persenjataan berupa ratusan senapan mesin dan peluncur granat bagi tentara Filipina.
Meski sebagian besar Marawi sudah berada di tangan tentara pasukan pemerintah, namun masih bebrapa wilayah yang dikuasai kelompok militan .

Yang jadi pertanyaan; Kenapa Militer Filipina Belum Berhasil Sepenuhnya Menaklukan Milisi?

Militer Filipina mengakui bertempur melawan milisi di wilayah perkotaan ternyata jauh lebih sulit dari yang diperkirakan. "Kondisi lapangan di Marawi sangat berbeda, jadi kami harus melakukan sejumlah penyesuaian, ini adalah pertempuran kota," kata Mayor Rowan Rimas, anggota marinir Filipina, kepada wartawan BBC di Marawi.

Tadinya, jumlah milisi yang beroperasi di Marawi diperkirakan puluhan, namun setelah pecah pertempuran pada akhir Mei, para pejabat militer yakin jumlah mereka mencapai ratusan. Milisi tak hanya berasal dari Marawi tapi juga dari etnik Tausug dan Yakan di Kepulauan Sulu, yang juga dikenal sebagai basis kelompok militan Abu Sayyaf. Informasi bergabungnya milisi dari etnik Tausug dan Yakan disampaikan Norodin Alonto Lucman, pemuka Muslim Marawi yang membantu menyelamatkan tak kurang dari 70 warga Kristen saat penggeledahan milisi.

Mempunyai Pengaruh kuat 'seperti terhipnotis'

Kemampuan kelompok militan merekrut anak-anak muda dikatakan seperti 'terhipnotis'. Fakta ini membuktikan sudah ada aliansi antara kelompok-kelompok di Mindanao dan Sulu, yang semuanya sudah mengikrarkan sumpah setia ke kelompok ISIS. Pemimpin milisi di Marawi adalah Isnilon Hapilon, yang juga adalah panglima militer Abu Sayyaf. Namun faktor utama di balik kekuatan milisi di Marawi adalah Maute bersaudara, anggota klan Maranao, yang mengenyam pendidikan di Timur Tengah.

Omar Solitario, mantan milisi Moro yang sekarang menjadi politikus dan pebisnis di Marawi, mengatakan kelompok milisi sangat pintar merekrut anak-anak muda. "Cara mereka merekrut anak-anak muda seperti menggunakan kekuatan batin," kata Solitario. "Mereka mencoba menginfiltrasi sekolah-sekolah terbaik. Gerakan mereka seperti virus, Anda tak bisa menghentikannya hanya dengan senjata," kata dia.

Baik Lucman maupun Solitario memiliki hubungan keluarga dengan Maute bersaudara dan keduanya diminta Pemerintah Filipina untuk menjadi mediator, namun milisi pimpinan Maute tak tertarik berdialog.

'Ingin Mati Sahid'

Warga yang berhasil meninggalkan daerah pertempuran ditampung di kantor-kantor pemerintah di pinggiran Marawi.Bagi anak-anak muda yang menjadi anggota kelompok militan, generasi lama yang berhasil meneken perjanjian damai dengan pemerintah dianggap terlalu lunak dan 'tak teguh memegang perjuangan'.

Generasi baru yang frustrasi ini memilih jalan berbeda, jalan yang lebih keras. Lucman bertemu dengan anak-anak muda ini dan meminta mereka menghentikan perjuangan dengan imbalan akan dilindungi oleh komunitas Muslim di Marawi. "Mereka menjawab, mereka ingin jihad. Mereka ingin mati. Mendengar jawaban ini saya berkesimpulan tak ada lagi yang bisa saya lakukan," kata Lucman. Jawaban itu mengisyaratkan kondisi mental yang membuat para milisi tak mudah menyerah dan akan melawan hingga mati.

Di luar itu, milisi menerapkan taktik menempatkan penembak jitu di berbagai gedung yang mereka kuasai di Marawi. Kantor berita Reuters memberitakan bahwa dari sisi logistik, milisi sudah menimbun senjata dan makanan yang membantu mereka bisa bertahan lebih lama. Warga sipil yang terjebak di wilayah yang dikuasai milisi membuat militer enggan untuk melancarkan serangan besar-besaran untuk menumpas mereka. Hal-ha; itu semua membuat pertempuran di Marawi belum bisa dirampungkan, setidaknya hingga beberapa hari mendatang.

sumber berita : bbc.com indonesia
                      kompas.com
editor :           m saiful anam

0 Response to "Pasukan Pemerintah Masih Kewalahan Menghadapi Banyaknya Pemberontak Di Marawi"

Post a Comment