Romadhon Menangkal Radikalisme


Radikalisme muncul jelang ramadhan 1438 H, sebuah bom meledak disikitar pemukiman warga. Negeri ini memang sedang dihinggapi Radikalisme, ada dua Radikalisme yang sedang bercokol di NKRI tercinta. Yang pertama Radikal Sekulerisme dan Radikal Terorisme, dua radikal yang muncul dengan alasan berbeda namun keduanya merupakan ancaman bagi bangsa.
Radikal Sekulerisme kecenderungan dilakukan oleh orang-orang yang berduit, dengan uang yang mereka miliki, dikuasailah media, politik guna menyebarkan sekulerismenya termasuk salah satunya upaya meredam sila satu Pancasila dengan jargon pisahkan “agama dan politik”. Radikal sekulerisme gerakannya masif namun tak terlihat sebab yang mereka lakukan dengan cara cukup cerdas.
Radikal Terorisme radikal yang muncul dari golongan tertentu yang menyuarakan suara hatinya akibat sebuah ketidak adilan dengan cara membuat kerusuhan bom agar apa yang mereka lakukan membuka mata publik bahwa mereka ada. Hal yang wajar kalau yang terjebak pada pelaku terorisme di Indonesia adalah seorang muslim sebab mayoritas warga negara Indonesia adalah muslim, akan tetapi bukan berarti benih-benih terorisme tidak muncul di agama selain muslim. Di maluku dengan RMS, di papua dengan munculnya OPM adalah bukti bahwa benih-benih teroris ada dimana saja.
Kalau melihat para pelaku bom di Indonesia kebanyakan mereka adalah golongan miskin, tak pernah terdengar seorang konglomerat menjadi pengebom. Disinilah kunci cikal bakal kenapa teroris ada di Indonesia. Karena kebutuhan ekonomi mereka terpesona iming-iming untuk melakukan pengeboman, karena putus asa saat memperjuangkan suara hatinya secara hukum mentok.
Siapa yang harus bertanggung jawab ketika mereka terayu untuk melakukan perbuatan tersebut ?
Sebuah pertanyaan renungan yang patut dicerna dan dicari jawabannya, Indonesia negara mayoritas muslim dengan ormas Islam besar NU dan Muhammadiyah berdiri akan tetapi belum mampu meredam terorisme. Apakah Ada yang salah dalam tujuan didirikannya kedua ormas tersebut ?. NU dan Muhammadiyah dua buah organisasi besar dengan banyak Universitas, Sekolah, Rumah Sakit dan lain-lain dengan omset ratusan juta hingga milyardan dari hasil lembaga-lembaga tersebut. Amat disayangkan sekali dalam kenyataan riil masih ada jamaahnya yang hidup miskin hingga jadi celah terayu sebagai teroris.
Era modern saat ini publik kecenderung jenuh dan kritis terhadap dakwah para kiyai dan ustad yang sekedar koar-koar dengan berbagai macam gaya bahasa, hunor hingga menangis sementara praktek nyata tak ada. Ketua ormas bisa makan kenyang hingga “Glegeken” kata orang Jawa atau sendawa berulang-ulang tanpa terfikir dalam hatinya apakah jamaahku sudah makan ? sedang jamaahnya yang mengagungkan kekharismaan si kiyai perutnya bebunyi krucuk-krucuk kosong tak  makanan yang dikonsumsi.
Ramadhan adalah momen kita semua turut merasakan bagaimana bunyi perut kita krucuk-krucuk dari fajar pagi hingga fajar sore. Puasa ramadhan juga bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus semata, tapi juga menahan semua nafsu, nafsu birahi, nafsu amarah, iri, dengki.
Dengan tertahannya nafsu amarah, iri, dengki secara tidak langsung akan menahan perilaku Radikal Terorisme yang muncul akibat amarah, iri, dengki dan ketidaksabaran dalam menghadapi fenomena kehidupan. Dengan ramadhan pula umat Islam disuruh untuk Taddarrus membaca dan mengkaji kitab suci Al-Qur’an agar beragama dengan benar sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.
Saat ramadhan kepedulian sesama dilatih dengan suka bersedekah, membantu orang lain harapan perilaku tersebut tetap ada dan bahkan lebih meningkat dihari-hari setelah Ramadhan. Sebab sedekah yang dilakukan dibulan Ramadhan semata-mata demi kepedulian sesama bukan demi mengambil hati untuk kepentingan politik sebagaimana serangan sembako.

Semoga ramadhan ini membuka yang kaya melek hatinya untuk peduli sesama agar mereka merasa ada yang memperhatikan sehingga tidak terayu radikal terorisme karena kesulitan ekonominya.

info: blogdetik

0 Response to "Romadhon Menangkal Radikalisme"

Post a Comment