Mari Mengawetkan Tarian Budaya Jawatimur

Membahas kebudayaan indonesia mulai timur sampai barat pasti ada, cuman untuk zaman sekarang jarang sekali pelajar khususnya mengenal kebudayaanya sendiri, salah satunya adalah tari. Saya masih ingat dulu waktu SD kebudayaan erat sekali dengan pelajaran IPS untuk menambah pengertahuan diluar buku yang anda disarankan untuk beli buku tambahan namanya buku  RPUL , kalau untuk I[PA RPAL. saya pun beli keduanya, ketika membuka isinya ternyata sangat menarik seperti ensiklopedia cuman lebih simpel. tapi untuk ukuran anak SD sangat membantu sekali, karena waktun dulu sd hampir pasti satu minggu sekali itu ada semacam tanya ajawab langsung sekaligus praktek jadi otomatis sangat mengenal sekali budaya indonesia walaupun tidak secara menyeluruh karena terbatasnya waktu yang ada. Saya kaget ketika menyaksikan anak-anak zaman sekarang, ketika saya sodori gambar pakaian adat cuma mlongo gak bisa jawab, tapi ketika saya perlihatkan gambar kartun belum saya tanya sudah jawab duluan, hampir apal segala tokoh kartun .Ini kesalahan siapa , tentunya salah kita semua , tapi yang berpengarush adalah pada kurikulum pelajaran yang selalu ada perubahan, bahkan pelajaran kedaerahan sudah tidak begitu wajib seperti dulu, akibatnya mereka budaya daerah senidiri hampir hanya menguasai dibawah 10 persen. semoga pelajaran daerah mengenai budaya, bahasa dan hal-hal yang menyangkut kedaerahan untuk dimasukan lagi secacra menyeluruh indonesia.

 Dari sepenggalan berita tersebut membuat saya sedikit prihatin. Yaaa, mau gimana lagi? Sebagian masyarakat di Indonesia tidak dikenalkan oleh budaya tradisionalnya, mana bakal kenal dengan budaya sendiri? Jangan sampai hanya sesepuh saja yang melestarikan budaya kita. Kita pun wajib membantu melestarikan budaya dari nenek moyang.

Jumlah tarian Indonesia yang diketahui berjumlah 170, jauh kalah dengan jumlah masyarakat Indonesia yang berjumlah ratusan juta jiwa. Tapi masa iya harus rela melihat budayanya yang hampir sirnah?

Kata siapa tarian tradisional berkesan kolot? Bahkan baju adatnya saja dipandang sangat unik dan bagus oleh mancanegara. Kata siapa juga belajar menari mengganggu aktifitas belajar? Menari bisa menjadi salah satu aktifitas olahraga. Selain efeknya yang positif, ternyata menurut penelitia menari bagus untuk mengasah kreatifitas anak.

Berikut Tarian khas jawa timur yang telah kami rangku, entah masih ada atau gak selain ini, saya jawab saya belum menemukan.  Kalau memang ada, sudilah kiranya pembaca untuk menambahkan di kolom komentar, karena beirbagi ilmu itus angat indah.

1. Tari Reog Ponorogo

Tari Reog berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8 wanita. Tarian ini melewati beberapa sesi, sehingga memiliki durasi yang terbilang panjang. Tapi kalau kamu suka dengan seni, tidak akan bosen deh melihatnya. khusus penyebutan tari reog sebenarnya selain ponorogo daerah lain juga ada tapi masih jatim, seperti reog kendang,reog dogdog,reog cemandi,reog bulkio, semua itu bentuk seninya hampir sama, cuman yang sangat legendaris dan populer bahkan masih lestari sampai sekarang hanya reog ponorogo yang sudah melalang buana sampai luar  indonesia.

Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari pujaan hatinya, perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong. Hingga akhirnya bertemulah ia dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Kediri. Namun, ia akan menerima cintanya bila Sang Prabu berhasil menciptakan sebuah kesenian.

Disinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk mengisikan tarian yang diciptakannya.

Terciptalah 5 komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu :

a. Prabu Kelono Sewandono

b. Patih Bujangganong

c. Jathil

d. Warok

e. Pembarong

Saya kagum dengan tarian ini, karena ada sesi dimana seorang penari menggunakan topeng seperti barongsai berukuran hampir sebesar tubuhnya, berat topeng itu sekitar 50 kg. Kerennya, penari itu menahan topeng sebesar itu dengan giginya. Bayangkan saja, bagaimana caranya para penari itu bisa menahan berat 50 kg dengan giginya?

Topeng yang digunakan pun tidak murah, cara pembuatannya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pengrajin topeng reog pun tidak cuman belajar 5 -12 bulan. rata-rata mereka menghabiskan 7-10 tahun untuk belajar membuat topeng ini.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tarian ini pun memakan waktu yang lebih panjang, karena tiap sesi penari akan diganti dengan tarian yang berbeda. Seperti novel saja. Ada kata pengantar, pembukaan, isi cerita, penutup dan prolog.

Tidak aneh, tarian ini sangat diminati oleh wisatawan asing. Kita harus bangga punya budaya beraneka ragam.

2. Tari Gandrung Banyuwangi

Tarian tradisional selanjutnya bernama Tari Gandrung Banyuwangi berasal dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan panggilan Dewi Sri, dimana pada zaman itu Dewi Sri dianggap Dewi Padi yang dapat memberi kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Tarian ini juga satu genre dengan tarian Ketuk Tilu. Menurut sejarah, tarian ini muncul pada saat dibangunnya ibu kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman menulis suatu makalah tentang seorang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain musiknya.

Cerita itu menjadi cerita rakyat yang dibawa secara turun-temurun. Hingga akhirnya terciptalah Tari Gandrung Banyuwangi, saat itu masyarakat yang menikmatinya akan memberi beberapa barang seperti beras, pangan atau barang lainnya sebagai imbalan.

Kostum yang digunakan adalah baju dari beludru, beserta atributnya. Di bagian kepala, menggunakan mahkota bernama omprok, untuk bagian kakinya menggunakan samping batik. Dan musik pengiringnya adalah kempul atau gong.

3. Tari Wayang Topeng

Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun sama. Kota Malang adalah asal muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak diherankan lagi mengapa disebut tari wayang topeng, hal ini karena penari menggunakan pakaian seperti wayang kulit. Dulunya tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual saja.

Topeng disini dilambangkan sebagai rasa apresiasi pada wajah nenek moyang. Dimana saat itu topeng memiliki arti menghargai roh leluhur. Tidak heran, bila tarian ini sedikit bernuasana mistik.

Sejarah singkatnya tari wayang topeng digunakan saat agama Islam memasuki wilayah Jawa, dan tarian ini dijadikan salah satu trik untuk merebut hati orang Jawa yang saat itu agama Hindu masih kental.

Ternyata beda dengan Tari Topeng asal Jawa Barat yang menggunakan background sejarah wayang golek. Tari topeng Jawa Timur ini mengisahkan cerita Ramayana dan Panji.

Musik pengiring yang digunakan adalah bonang, gong, gamelan dan kendang.

4. Tari Jaranan Buto

Tarian traidisional berikut berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata ‘buto’ mengandung arti raksasa. Jadi, tari jaranan buto mengandung arti kuda lumping raksasa.

Tarian ini biasanya dimainkan oleh 16-20 orang. Hanya saja, tarian ini pun hampir musnah, biasanya tarian ini dipentaskan ketika ada acara khitanan dan pernikahan. Penarinya pun rata-rata laki-laki.

Bisa dilihat pada gambar, mereka bermake up tebal dan sangat menyeramkan. Konon katanya karena Jaranan Buto diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.

Gerakannya pun terkadang ekstrim, ada akting bertengkar. Hati-hatilah kamu bila ingin mengikuti tarian ini, tidak aneh bila di akhir acara salah satu pemain akan kesurupan.

Musik yang digunakan adalah kendang, dua gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.



5. Tari Remo

Tarian tradisional selanjutnya adalah Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu tarian untuk menyambut tamu agung. Tarian ini diciptakan oleh pengamen saat tempo dulu. Pada masa itu, memang hampir kebanyakan orang diharuskan untuk bisa menari. Bahkan pengamen pun bisa menari.

Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki, namun seiring dengan zaman tarian ini boleh dibawa oleh perempuan hingga dimunculkan nama tarian Tari Remo Putri. Dulunya, tarian ini sebagai pembuka pertunjukan ludruk. Seiring dengan zaman tarian ini dipentaskan setiap ada pertunjukan kesenian.

Busana yang digunakan pun berbeda-beda yaitu busana gaya Surabayan, gaya malangan, remo putri, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.

6. Tari Glipang

Pertama saya lihat tarian tradisional ini, yang dilihat adalah pakaian. Karena pakaian yang digunakan seperti pakaian untuk laki-laki, dan alat musik yang ditabuh seperti yang digunakan di negara Arab.

Tarian ini biasanya ditarikan oleh laki-laki. Sedangkan tarian yang saya lihat ditarikan oleh perempuan. Ternyata tarian ini menceritakan tentang prilaku para penjajah saat itu. Nama Glipang itu sendiri berawal dari kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan.

Sejarah singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno, saat ia bekerja sebagai mandor penebang tebu di perusahaan milik Belanda. Karena sikap Belanda yang sewenang-webang membuat ia berhenti bekerja. Ia pun berinisiatif membuat tarian yang menggambarkan sejarah kehidupannya.

Kalau dilihat dari gerakannya, ia seperti berada dalam posisi kuda-kuda seakan mau menyerang, gerakan yang seolah gagah perkasa mencirikan koloneal Belanda yang ingin dipandang tinggi. Kesan kakunya menandakan emosional. Adapun beberapa gerakan, dimana tangan memegang pinggang, bila diartikan dalam kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut sangat tidak sopan.

Namun seiring dengan zaman, tarian tersebut sedikit dipoles untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat itu mayoritas prajurit yang melawan para penjajah.

7. Tari Beskalan

Tarian ini berasal dari Malang, Jawa Timur. Beskalan diambil dari kata ‘bakalan’. Tarian ini sangat tua, diperkirakan salah sudah berusia ratusan tahun. Bila dilihat dari gerakan menarinya, tarian ini menampilkan keanggunan seorang wanita, wanita yang feminim, lincah dan dinamis.

Jika kamu tidak peka dengan jenis tarian, mungkin kamu akan mengira tarian ini adalah tari Jaipong. Karena memang mirip sekali. Tapi hal ini bisa dibedakan dari bahasa Sindennya.

Pakaian yang digunakan adalah Wedokan, semyok, khiasan kepala ( sanggul ), slendang, dan atribut lainnya.

Alat musik pengiringnya adalah kendang, jidor, sinden dan lain-lain.

8.  Tari Gembu/Gambu

Seperti halnya tari Glipang, Tarian Gembu/Gambuh menggambarkan prajurit yang berlatih perang dengan berbekal senjata keris dan perisai kecil. Tarian ini digunakan untuk menyambut tamu agung dan para raja di daerah Sumenep, Madura.

Dahulu tarian Gembu/Gambu lebih dikenal dengan Tari keris, dalam catatan Serat Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan Dhuwung, yang diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para pengikut Raden Wijaya kala mengungsi di keraton Sumenep. Tarian tersebut pernah ditampilkan di keraton Daha oleh para pengikut Raden Wijaya pada perayaan Wuku Galungan yang dilaksanakan oleh Raja Jayakatong dalam suatu acara pasasraman di Manguntur Keraton Daha yang selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pada Wuku Galungan. Para pengikut Raden Wijaya antara lain Lembusora, Ranggalawe dan Nambi diadu dengan para Senopati Daha yakni Kebo Mundarang, Mahesa Rubuh dan Pangelet, dan kemenangan berada pada pengikut Raden Wijaya.

Tari Keris ciptaan Arya Wiraraja ini lama sekali tidak diatraksikan. Pada masa kerajaan Mataram Islam di Jawa yakni pada pemerintahan Raden Mas Rangsang Panembahan Agung Prabu Pandita Cakrakusuma Senapati ing Alaga Khalifatullah (Sultan Mataram 1613-1645), seorang Raja yang sangat peduli dengan seni dan budaya. Maka kala itu Sumenep diperintah oleh seorang Adipati kerabat Sultan Agung yang bernama Kanjeng Pangeran Ario Anggadipa tarian tersebut dihidupkan kembali sekitar tahun 1630, diberi nama “Kambuh” dalam bahasa Jawa berarti “terulang kembali” dan sampai detik ini terus diberi nama Kambuh dan lama kelamaan berubah istilah menjadi tari Gambu dalam logat Sumenep.

9. Tari Sri Panganti

Tari Sri Panganti adalah salah satu jenis kesenian tari tradisional yang berasal dari daerah Lamongan, Jawa Timur. Kata "Sri" memiliki arti perempuan dan kata "Panganti" memiliki arti menanti atau menunggu, yang berarti seorang perempuan yang sedang menanti pemuda idaman. 
Tari Sri Panganti menceritakan tentang kegembiraan anak-anak yang menginjak usia remaja yang jatuh cinta dan menanti seorang pemuda. Gerakan tarian yang lemah gemulai menggambarkan para remaja yang berusaha memikat sang pemuda idaman. Tarian ini biasa ditampilkan pada acara pagelaran seni, kampoeng merdeka, wisuda, dan juga pernikahan. Kostum yang dikenakan adalah kostum yang "soft" dan tidak mencolok. Sri Panganti dapat ditampilkan oleh satu atau beberapa orang remaja saat sedang "dolanan" ( bermain). 

10.  Tari Tanduk Majeng

Tari Tanduk Majeng berasal dari Madura, Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, tarian ini juga diiringi lagu daerah Jawa Timur yaitu Tanduk Majeng. Tarian ini menggambarkan tentang para wanita Madura yang semangat untuk menghibur suaminya. 

Tari Tanduk Majeng dapat ditarikan secara individu atau kelompok. Alat musik pengiring tari Lenggang Surabaya adalah sinden, gamelan, dll dan biasanya ditarikan diajang perlombaan kesenian Jawa Timur. Tari Tanduk Majeng  merupakan kesenian dari Madura yang cukup terkenal. Para penari Tanduk Majeng dilengkapi dengan gelang kecil di kedua tangannya sedangkan kaki dipasang gelang yang besar. Dan biasanya memakai baju warna merah dan memakai jarik (selendang khas Madura yang dipakai di pinggang). 

0 Response to "Mari Mengawetkan Tarian Budaya Jawatimur"

Post a Comment